........S'LaMat DaTanG, Segala Komentar yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk membuat blog ini menjadi lebih baik........

Kamis, Mei 07, 2009

Begini Salah, Begitu Salah



Dahulu kala ada seorang bapak dan anaknya sedang menunggang seekor keledai. Mereka berencana ingin pergi ke sebuah desa yang lebih aman dari desa tempat mereka tinggal yang sudah hancur akibat perang. Karena keledai masih terlalu kecil untuk ditunggangi oleh ayah dan anak, maka sang ayahpun membiarkan sang anak untuk duduk diatas keledai itu.

Setelah berjalan melewati gunung yang tinggi, sampailah mereka berdua disebuah desa yang juga sudah hampir habis manusianya karena perang. Merekapun melewati jalan-jalan yang ada di desa itu untuk menuju desa selanjutnya. Tiba diujung desa tersebut, mereka terkejut mendengar seseorang berkata sambil menghujat. “Anak durhaka, kurang ajar” kata orang itu. Sang ayah langsung menghentikan langkahnya dan langkah keledai itu. “Kenapa bapak menghujat anak saya?” kata si ayah.”Anak bapak tidak tau diri, masa bapak dibiarkan berjalan kaki sedangkan dia (si anak) enak-enakan diatas keledai itu”. Si ayah pun langsung menurunkan sang anak yang duduk diatas keledai, dan bergantian dengan anaknya. Sekarang si ayah yang gantian duduk diatas keledai itu dan si anak yang berjalan kaki.


Karena sudah menjelang malam, mereka beristirahat disebuah pohon rindang untuk mengumpulkan kembali tenaga yang telah terkuras sejak seharian. Dan membiarkan sang keledai untuk makan malam di rerumputan yang tak jauh dari tempat mereka duduk. Pagi harinya, mereka pun melanjutkan perjalanan untuk menuju desa selanjutnya. Kali ini yang duduk diatas keledai adalah sang ayah, dan anaknya berjalan disamping keledai itu. Jelas saja jalannya tidak secepat sewaktu sang ayah yang berjalan. Setelah melewati sungai kecil, dan hutan belukar, sampailah mereka di desa selanjutnya. Hanya selang beberapa menit mereka melewati desa itu, mereka bertemu lagi dengan salah satu warga yang tinggal di desa itu. “Wah..wah..wah..(sambil menggelengkan kepala), tega benar ya bapak membiarkan anaknya jalan kaki dan bapak enak-enakan duduk diatas kendaraan”. Si ayah pun langsung berhenti dan menaikan anaknya diatas keledai mungil itu dibagian depan, dan sang ayah duduk dibelakangnya. Sekarang mereka berdua duduk diatas keledai itu lagi.

Karena jarak untuk melewati desa berikutnya tidak berjauhan maka mereka melanjutkan perjalanan ke desa berikutnya.
Sesampainya di desa sebelah, masih saja ada yang menegurnya karena melihat keadaan sang keledai yang sudah payah. “Kalian buta ya, apa kalian tidak melihat keledai yang masih sangat kecil itu dinaiki oleh kalian berdua?” kata salah satu warga desa itu. Mereka berhenti didesa itu untuk melepaskan lelahnya.

Esok paginya, mereka melanjutkan perjalanan menuju desa berikutnya. Namun kali ini, mereka tidak menaiki keledai itu. Mereka berjalan disamping keledai itu. Dan keledai itu jelaslah merasa senang karena beban yang selama beberapa perjalanan sudah berkurang, walaupun masih ada beberapa kantung yang berisi pakaian dan bekal sang ayah dan anaknya dalam perjalanan.

Sesampainya di desa berikut, mereka melewati sebuah pasar yang masih ramai karena hari itu memang hari libur. Namun, ada seorang warga desa itu yang mengamati keduanya sejak tadi. Orang itu mengikuti mereka berdua sampai diujung desa. “Dasar bodoh, ada keledai koq tidak dinaiki? Memangnya kalian mau kemana?” tanya orang itu. “Kami mau kedesa sebelah, karena desa tempat kami tinggal sudah habis terbakar akibat perang” kata si ayah. Karena sudah tidak bisa memikirkan cara yang lain supaya tidak dimarahi lagi, maka sang ayah memutuskan untuk mengikat keledai itu dan memikulnya bersama sang anak.

Akhirnya keledai itu pun diikat dengan seutas tali yang mereka dapat di hutan sewaktu melewati desa sebelumnya. Dengan gagahnya sang ayah memikul keledai itu yang tentunya dengan bercucuran keringat. Cukup jauh juga kali ini jarak antara desa satu dengan desa terakhir tempat mereka akan memulai hidup baru lagi. Pada saat akan memasuki desa terakhir itu, mereka di tegur oleh warga yang sedang mengembala kambing. “Kalian berdua sudah gila ya, koq keledainya di pikul? Kenapa tidak dinaiki saja, kan lebih bagus. Seperti tidak ada kerjaan saja” kata pengembala kambing itu.
Demikian sedikit cerita tentang sebuah kehidupan yang mungkin cocok dengan model kehidupan kita sekarang ini. Begini salah, Begitu salah.


1 comments:

dwina on 9 Mei 2009 pukul 14.41 mengatakan...

waduh sepertinya mereka adil ya..
maksud saya si anak udah pernah naik
trus ayahnya juga udah ngerasain naik keledai
trus dua2nya juga udah naik keledai
akhir sekali keledainya naik di atas mereka

hmmm susah senang sama di rasa nih
itu yang bisa ku cerna dari postingan kali ini

Posting Komentar

Pengikut

 

Copyright 2010 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Modify Template by badrun